KONDISI BELAJAR DAN MASALAH-MASALAH BELAJAR
Tugas utama seorang guru adalah
membelajarkan siswa. Belajar berarti bila bahwa guru bertindak mengajar,
maka diharapkan siswa berajar atau belajar. Dalam kegiatan
belajar-mengajar di sekolah ditemukan hal-hal berikut. Guru telah
mengajar dengan baik. Ada siswa yang giat. Ada siswa yang pura-pura
belajar. Ada siswa yang belajar setengah hati. Bahkan ada pula siswa
yang tidak belajar. Guru bingung menghadapi keadaan siswa. Guru
tersebut berkonsultasi dengan guru konselor sekolah. Kedua petugas
pendidik tersebut menemukan adanya masalah-masalah yang dialami siswa.
Ada masalah yang dapat diselesaikan oleh konselor sekolah. Adapula yang
dkonsultasikan dengan ahli psikologi. Guru menyadari bahwa dalam tugas
pembelajaran ternyata masalah-masalah belajar dialami siswa. Bahkan guru
harus memahami bahawa kondisi lingkungan siswa juga dapat menjadi
sumber timbulnya masalah-masalah belajar.
Guru professional berusaha
mendorong siswa agar belajar secara berhasil. Ia menemukan bahwa ada
bermacam hal yang menyebabkan siswa belajar.ada siswa yang tidak
belajar karena dimarahi oleh orang tua. Ada siswa yang enggan belajar
karena pindah tempat tinggal. Ada siswa yang sukar memusatkan perhatian
waktu guru mengajarkan topic tertentu. Ada pula siswa yang giat belajar
karena bercita-cita menjadi seorang ahli. Bermacam-macam keadaan siswa
tersebut menggambarkan bahwa pengetahuan tentang masalah-masalah belajar
merupakan hal yang sangat penting bagi guru atau calon guru.
Dalam makalah ini kami membahas
mengenai kondisi belajar dan masalah-masalah belajar. Kondisi belajar
merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Kondisi belajar yang baik akan mempengaruhi proses dan hasil belajar
yang baik, begitu pula sebaliknya.
A. Definisi Kondisi Belajar
Kondisi belajar adalah suatu
keadaan yang dapat mempengaryhi proses dan hasil belajar. Definisi lain
tentang kondisi belajar adalah suatu yang mana terjadi aktifitas
pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan mental.
Sedangkan menurut Gagne dalam bukunya “Condition of learning” (1977)
menyatakan “The occurence of learningis inferred from a difference in
human being’s performance before and after being placed in a learning
situation”. Terjadinya belajar pada manusia terdapat perbedaan dalam
penampilan/ kinerja manusia sebelum dan sesudah ia ditempatkan pada
situasi belajar. Dengan kata lain ia menyatakan bahwa kondisi belajar
adalah suatu situasi belajar (learning situation) yang dapat
menghasilkan perubahan perilaku (performance) pada seseorang setelah ia
ditempatkan pada situasi tersebut.
Gagne membagi kondisi belajar atas dua, yaitu:
1. Kondisi internal
(internal condition) adalah kemampuan yang telah ada pada diri individu
sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru yang dihasilkan oleh
seperangkat proses transformasi (ingat information processing theory
Gagne).
2. Kondisi Eksternal
(eksternal condition) adalah situasi perangsang di luar diri si belajar.
Kondisi belajar yang diperlukan untuk belajar berbeda-beda untuk setiap
kasus. Begitu pula dengan jenis kemampuan belajar yang berbeda akan
membutuhkan kemampuan belajar sebelumnya yang berbeda dan kondisi
eksternal yang berbeda pula.
B. Kondisi Belajar Untuk Berbagai Jenis Belajar
Gagne (dalam Richey, 2000)
menyatakan bahwa dibutuhkan belajar yang efektif untuk berbagai jenis/
kategori kemampuan belajar. Kondisi belajar dibagi atas lima kategori
belajar sebagai berikut:
1. Keterampilan intelektual
(Intellectual Skill): untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang
dibutuhkan adalah pengambilan kembali keterampilan keterampilan bawahan
(yang sebelumnya), pembimbing dengan kata-kata atau alat lainnya,
pendemonstrasian penerapan oleh siswa dengan diberikan balikan,
pemberian review.
2. Informasi verbal (Verbal
Information): untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan
adalah pengambilan kembali konteks dari informasi yang bermakna, kinerja
(performance) dari pengetahuan baru yang konstruktsi, balikan
3. Stategi kognitif
(Cognitive Strategy/problem solving): untuk jenis belajar ini, kondisi
belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali aturan-aturan dan
konsep-konsep yang relevan, penyajian situasi masalah baru yang
berhasil, pendemonstrasian solusi oleh siswa.
4. Sikap (Attitude): untuk
jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan
kembali informasi dan keterampilan intelektual yang relevan dengan
tindakan pribadi yang diharapkan. Pembentukan atau pengingatan kembali
model manusia yang dihormati, penguatan tindakan pribadi dengan
pengalaman langsung yang berhasil maupun yang dialami oleh orang lain
dengan mengamati orang yang dihormati.
5. Keterampilan motorik
(Motor Skill): untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan
adalah pengambilan kembali rangkaian unsur motorik, pembentukan atau
pengingatan kembali kebiasaan-kebiasaan yang dilaksanakan, pelatiahn
keterampilan-keterampilan keseluruahn, balikan yang tepat.
C. Masalah-masalah Belajar Internal dan Eksternal
Secara umum kondisi belajar
internal dan eksternal akan mempengaruhi belajar. Kondisi itu antara
lain, pertama, lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang ada dalam proses
dan di sekitar proses pembelajaran memberi pengaruh bagi proses belajar.
Kedua, suasana emosional siswa. Suasana emosional siswa akan memberi
pengaruh dalam proses pembelajaran siswa. Hal ini bisa dicermati ketika
kondisi emosional siswa sedang labil maka proses belajarpun akan
mengalami gangguan. Ketiga, lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang
berada di sekitar siswa juga turut mempengaruhi bagaiman seorang siswa
belajar.
Di bawah ini adalah masalah-masalah belajar yang bersifat internal dan masalah-masalah yang bersifat eksternal:
1. Masalah belajar internal
adalah masalah yang timbul dari dalam diri siswa atau faktor-faktor
internal yang ditimbulkan ketidak beresan siswa dalam belajar. Faktor
internal berasal dari dalam diri anak itu sendiri, seperti:
a. Kesehatan
b. Rasa aman
c. Faktor kemampuan intelektual
d. Faktor afektif seperti perasaan dan percaya diri
e. Motivasi
f. Kematangan untuk belajar
g. Usia
h. Kematangan untuk belajar
i. Usia
j. Jenis kelamin
k. Latar belakang sosial
l. Kebiasaan belajar
m. Kemampuan mengingat
n. Dan kemampuan penginderaan seperti: melihat, mendengar atau merasakan.
Contoh dari masalah belajar internal dapat dilihat dari kasus berikut:
Ita gadis cilik berusia 9 tahun.
Akhir-akhir ini prestasinya sangat menurun. Hasil ulangannya selalu
buruk kalau soal-soal ulangan ditulis di papan tulis. Namun ketika ujian
sumatif, hasil ulangan Ita tidak begitu buruk. Soal-soal ulangan
dicetak dan dibagikan kepada setiap murid. Namun demikian, peringkat Ita
di kelas turun drastis, dari peringkat 5 menjadi peringkat 20. Dari
kasus di atas dapat dilihat, masalah yang ditekankan adalah kemampuan
indera untuk menangkap rangsangan. Ita tampaknya mempunyai kesulitan
dalam penglihatan. Ini terbukti dari berbedanya hasil yang dicapai
antara ulangan harian yang soalnya ditulis di papan tulis dengan ulangan
sumatif yang soalnya dicetak dan dibagikan kepada setiap murid.
Dengan pemahaman di atas maka
dapat dikemukakan bahwa masalah-masalah belajar internal dapat bersifat:
(1) Biologis dan (2) Psikologis.
Masalah yang bersifat biologis
artinya menyangkut masalah yang bersifat kejasmanian, seperti kesehatan,
cacat badan, kurang makan dan sebagainya. Sementara hal yang bersifat
Psikologis adalah masalah yang bersifat psikis seperti perhatian, minat,
IQ, konstelasi psikis yang terwujud emosi dan gangguan psikis.
2. Masalah belajar eksternal
adalah masalah-masalah yang timbul dari luar diri siswa sendiri atau
faktor-faktor eksternal yang menyebabkan ketidak beresan siswa dalam
belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri
siswa, seperti:
a. Kebersihan rumah
b. Udara yang panas
c. Ruang belajar yang tidak memenuhi syarat
d. Alat-alat pelajaran yang tidak memadai
e. Lingkungan sosial maupun lingkungan alamiah
f. Kualitas proses belajar mengajar.
Contoh dari masalah belajar eksternal dapat dilihat dari kasus berikut:
Talia seorang gadis cilik duduk
di kelas III SD. Ia termasuk salah seoprang dari sejulah anak di
kelasnya yang belum dapat membaca dengan lancar. Setiap pelajaran
membaca, ia menjadi ketakutan karena setiap membuka mulut, ia
ditertawakan oleh teman-temannya. Gurunya hanya membiarkan saja dan
mengalihkan giliran kepada murid lain. Akibatnya, Talia selalu
ketinggalan dari teman-temannya. Di rumah, Talia selalu dimarahi karena
dalam membaca ia dikalahkan Doli adiknya yang duduk di kelas II. Pada
kasus ini tampaknya lebih banyak menekankan pada pengaruh lingkungan,
ketinggalan Talia dalam membaca tampaknya lebih banyak disebabkan oleh
“rasa takut” dan tertekan yang ditimbulkan oleh sikap lingkungan yang
tidak mendorong Talia untuk belajar.
Belajar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun faktor eksternal:
A. Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa baik kondisi jasmani maupun rohani siswa.
Faktor Internal dibedakan menjadi:
1. Faktor Fisiologis.
Faktor Fisiologis adalah suatu
kondisi yang berhubungan dengan keadaan jasmani seseorang, misalnya
tentang fungsi organ-organ, dan susunan-susunan tubuh yang dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Faktor Fisiologis yang dapat mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
· Tonus (kondisi) badan
Kondisi jasmani pada umumnya
dapat dikatakan melatarbelakangi kegiatan belajar. Keadaan jasmani yang
optimal akan berbeda sekali hasil belajarnya bila dibandingkan dengan
keadaan jasmani yang lemah. Sehubungan dengan keadaan atau kondisi
jasmani tersebut, maka ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Cukupnya nutrisi (nilai makanan dan gizi), yaitu:
· Tubuh yang kekurangan
gizi makanan, akan mengakibatkan merosotnya kondisi jasmani. Sehingga,
menyebabkan seseorang belajarnya menjadi cepat lesu, mengantuk, dan
tidak ada semangat untuk belajar. Pada akhirnya siswa tidak dapat
mencapai hasil belajar yang diharapkan.
· Beberapa penyakit ringan yang diderita
Dapat berupa pilek, sakit gigi, batuk, dan lain sejenisnya. Semua itu tentu akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu
Keadaan fungsi-fungsi fisiologis
tertentu yang dapat mempegaruhi kegiatan belajar di sini adalah
fungsi-fungsi panca indera. Panca indera yang memegang peranan penting
dalam belajar adalah mata dan telinga. Apabila mekanisme mata dan
telinga kurang berfungsi, maka tanggapan yang disampaikan dari guru,
tidak mungkin dapat diterima oleh anak didik. Jadi, siswa tidak dapat
menerima dan memahami bahan-bahan pelajaran, baik yang langsung
disampaikan oleh guru, maupun melalui buku bacaan.
2. Faktor Psikologis
Faktor Psikologis adalah suatu
kondisi yang berhubungan dengan keadaan kejiwaan siswa. Faktor
Psikologis dapat dibedakan menjadi:
a. Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial
yang dimiliki anak untuk mencapai keberhasilan. Bakat anak akan dimulai
tampak sejak ia dapat berbicara atau sudah masuk Sekolah Dasar (SD).
Bakat yang dimiliki setiap anak tidaklah sama. Bakat akan dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar anak dalam bidang-bidang
studi tertentu. Jadi, merupakan hal yang tidak bijaksana apabila orang
tua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan atau
keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki
anaknya. Dengan tidak adanya fektor penunjang dan usaha untuk
mengembangkannya, maka bakat tersebut lama kelamaan akan punah. Untuk
itu agar kegiatan belajar berhasil dengan didasari bakat tersebut maka
harus adanya faktor penunjang. Di antaranya, fasilitas untuk sarana,
pembiayaan, dan dorongan moral dari orang tua serta minat yang dimiliki.
b. Minat
Minat adalah kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar untuk sesuatu. Dalam
minat, ada dua hal yang harus diperhatikan:
1) Minat Pembawaan
Minat ini muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, baik kebutuhan maupun lingkungan.
2) Minat yang muncul karena adanya pengaruh dari luar
Minat seseorang bisa saja
berubah karena adanya pengaruh lingkunga dan kebutuhan. Spesialisasi
bidang studi9 yang tidak sesuai dengan minatnya, tidak mempunyai daya
tarik baginya.
c. Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan
psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat. Kemampuan dasar yang tinggi pada
anak, memungkinkan anak untuk dapat menggunakan pikirannya untuk
belajar dan memecahkan mpersoalan-persoalan baru secara tepat, cepat,
dan berhasil. Sebaliknya, jika tingkat kemampuan dasar anak rendah maka
dapat mengakibatkan ank mengalami kesulitan dalam belajar.
d. Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal
manusia yang mendorong manusia untuk berbuat sesuatu. Fungsi motivasi
adalah mendorong sesorang untuk interes pada kegitan yang akan
dikerjakan, menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai, dan mendorong seseorang untuk pencapaian prestasi, yakni dengan
adanya motovasi yang baik dalam belajar, akan menunjukkan hasil belajar
yang baik pula.
B. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa. Faktor Eksternal dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Faktor Sosial
Faktor sosial dibagi menjadi beberapa lingkungan, yaitu:
a. Lingkungan keluarga, yaitu:
1) Orang tua
Dalam kegiatan belajar, seorang
anak perlu diberi dorongan dan pengertian dari orang tua. Apabila anak
sedang belajar, anak jangan diganggu dengan tugas rumah. Orang tua
berkewajiban memberi pengertian dan dorongan serta semaksimal mungkin
membantu dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi anak di sekolah.
Didikan orang tua yang kurang baik akan berpengaruh tidak baik pula
terhadap kondisi anak dalam kegiatan belajar.
2) Suasana rumah
Hubungan antar anggota keluarga
yang kurang harmonis akan menimbulakan suasana kaku dan tegang dalam
berkeluarga yang menyebabkan anak kurang bersemangat untuk belajar.
Sedangkan suasana rumah yang akrab, menyenangkan dan penuh kasih sayang,
akan memberikan dorongan belajar yang kuat bagi anak.
3) Kemampuan ekonomi keluarga
Hasil belajar yang baik, tidak
dapat diperoleh hanya dengan mengandalkan keterangan-keterangan yang
diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi juga alat-alat belajar yang
memadai, seperti buku, pensil, pena, peta, bahkan buku bacaan.
Sedangkan sebagian besar, alat-alat pelajaran harus disediakan sendiri
oleh murid yang bersangkutan. Bagi orang tua yang keadaan ekonominya
kurang memadai, sudah barang tentu tidak dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan anaknya itu secara maksimal. Maka murid akan
menanggung resiko yang tidak diharapkan.
4) Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan dan kebiasaan
dalam keluarga, akan mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Jadi,
anak-anak hendaknya ditanamkan kebiasaan yang baik agar mendorong anak
untuk belajar.
b. Lingkungan Guru, yaitu:
1) Interaksi guru dan murid
Guru yang kurang berinteraksi
dengan murid secara rutin akan menyebabkan proses belajar menjadi kurang
lancar, dan menyebabkan anak didik merasa ada distansi (jarak) dengan
guru, sehingga segan untuk berpartisipai aktif dalam kegiatan belajar
mengajar.
2) Hubungan antar murid
Guru yang kurang bisa mendekati
siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akna mengetahui bahwa di dalam
kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Suasana kelas
semacam ini sangat tidak diharapkan dalam proses belajar. Untuk itu
maka, guru harus mampu membina jiwa kelas supaya dapat hidup
bergotong-royong dalam belajar bersama, hal ini dimaksudkan agar kondisi
individual siswa berlangsung dengan baik.
3) Cara penyajian bahan pelajaran
Guru yang hanya bisa mengajar
dengan metode ceramah saja, membuat siswa menjadi bosan, mengantuk,
pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif, adalah guru yang
mencoba metode-metode baru, yang dapat membantu dalam meningkatkan
kondisi belajar siswa.
c. Lingkungan Masyarakat, yaitu:
1) Teman Bergaul
Pergaulan dan teman sepermainan
sangat dibutuhkan dalam dan membentuk kepribadian dan sosialisasi anak.
Orang tua harus memperhatikan agar anak-anaknya jangan sampai mendapat
teman bergaul yang memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan. Karena
prilaku yang tidak baik, akan mudah sekali menular kepada anak lain.
2) Pola Hidup Lingkungan
Pola hidup tetangga yang berada
di sekitar rumah di mana anak itu berada, punya pengaruh besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika anak berada di kondisi
masyarakat kumuh yang serba kekurangan, dan anak-anak pengangguran
misalnya, akan sangat mempengaruhi kondisi belajar anak, karena ia akan
mengalami kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau
meminjam alat-alat belajar.
3) Kegiatan dalam masyarakat
Kegiatan dalam masyarakat dapat
berupa karang taruna, menari, olah raga, dan lain sebagainya. Bila
kegiatan tersebut dilakukan secara berlebihan, tentu akan menghambat
kegiatan belajar. Jadi, orang tua perlu memperhatikan kegiatan
anak-anaknya.
4) Mass Media
Mass media adalah sebagai salah
satu faktor penghambat dalam belajar. Misalnya, bioskop, radio,
video-kaset, novel, majalah, dan lain-lain. Banyak anak yang terlalu
lama menonton TV, membaca novel, majalah yang tidak dibertanggung
jawabkan dari segi pendidikan. Sehingga, mereka akan lupa akan tugas
belajarnya. Maka dari itu, buku bacaan, video-kaset, majalah, dan mass
media lainnya perlu diadakan pengawasan yang ketat dan diseleksi dengan
teliti.
2. Faktor Non-sosial
Faktor non-sosial adalah sebagai berikut:
· Sarana dan prasarana sekolah, adalah sebagai berikut:
1) Kurikulum
Program pembelajaran di sekolah
mendasarkan diri pada suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan
sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau
suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan. Kurikulum
sekolah tersebut berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan
belajar-mengajar, dan evaluasi. Berdasarkan kurikulum tersebut guru
menyusun desain instruksional untuk membelajarkan siswa. Sistem
intruksional sekarang menghendaki, bahwa dalam proses belajar mengajar
yang dipentingkan adalah kebutuhan anak. Maka guru perlu mendalami
dengan baik dan harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat
melayani anak belajar secara individual.
Kurikulum pada dasarnya disusun
berdasarkan tuntutan zaman dan kemajuan masyarakat yang didasarkan suatu
rencana pembangunan lima tahunan yang diberlakukan pemerintah. Dengan
kemajuan dan perkembangan masyarakat, timbul tuntunan kebutuhan baru,
akibatnya kurikulum perlu dikonstruksi yang menimbulkan lahirnya
kurikulum baru.
Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah. Masalah-masalah itu adalah:
a. Tujuan yang akan dicapai
mungkin berubah, bila tujuan berubah maka pokok bahasan, kegiatan
belajar mengajar, dan evaluasi akan berubah. Sekurang-kurangnya,
kegiatan belajar mangajar perlu diubah,
b. Isi pendidikan berubah;
akibatnya buku-buku pelajaran dan buku bacaan serta sumber yang lain
akan berubah. Hal ini menimbulkan anggaran pendidikan disemua tingkat,
c. Kegiatan belajar mengajar
berubah, akibatnya guru harus mempelajari strategi, metode, teknik, dan
pendekatan mengajar yang baru. Bila pendekatan belajar berubah, maka
kebiasaan siswa akan mengalami perubahan, dan
d. Evaluasi berubah; akibatnya
guru akan mempelajari metode dan teknik evaluasi belajar yang baru. Bila
evaluasi berubah, maka siswa akan mempelajari cara-cara belajar yang
sesuai dengan ukuran lulusan yang baru.
Perubahan kurikulum dapat
menimbulkan masalah bagi guru, siswa, petugas pendidik serta orang tua
siswa. Bagi guru, ia perlu mengadakan perubahan pembelajaran. Dalam hal
ini guru harus menghindarkan diri dari cara-cara belajar ”lama”. Bagi
Siswa, ia perlu mempelajari cara-cara belajar, buku pelajaran, dan
sumber belajar yang baru dengan cara siswa harus menghindarkan diri dari
cara-cara belajar ”lama”. Bagi petugas pendidik, ia juga perlu
mempelajari tata kerja pada kurikulum “baru”, dan menghindarkan diri
dari tata kerja pada kurikulum ”lama”. Bagi Orang Tua siswa, ia perlu
mempelajari maksud, tata kerja, peran guru, dan peran siswa dalam belajr
pada kurikulum “baru” serta memahami adanya metode dan teknik belajar
“baru” bagi anak-anaknya maka ia dapat membantu proses belajar anaknya
secara baik.
2) Media pendidikan
Media pendidikan dapat berupa
buku-buku di perpustakaan, laboratorium, LCD, komputer dan lain
sebagainya. Pada umumnya, sekolah masih kurang memiliki media tersebut,
baik dalam jumlah maupun kualitas. Lengkapnya media pendidikan
merupakan kondisi belajar yang baik. Hal itu tidak berarti bahwa
lengkapnya media pendidikan menentukan jaminan terselenggaranya proses
belajar yang baik. Justru disinilah timbul masalah “bagaimana mengelola
media pendidikan sehingga terselenggara proses belajar yang berhasil
baik.”
Media pendidikan dalam proses
belajar adalah barang mahal. Barang-barang tersebut dibeli dengan uang
pemerintah dan uang masyarakat. Maksud pembelian tersebut adalah untuk
mempermudah siswa belajar. Dengan tersedianya media pendidikan berarti
menuntut guru dan siswa dalam menggunakannya.
Peranan guru adalah sebagai berikut:
ü memelihara, mengatur media untuk menciptakan suasana belajar yang menggembirakan,
ü memelihara dan mengatur sasaran pembelajaran yang berorientasi pada keberhasilan siswa belajar, dan
ü mengorganisasi belajar siswa sesuai dengan prasarana dan sarana secara tepat guna.
Peranan siswa sebagai berikut:
ü ikut serta dan berperan aktif dalam pemanfaatan media pendidikan secara baik,
ü ikut serta dan berperan aktif dalam pemanfaatan media pendidikan secara tepat guna,
ü menghormati sekolah sebagai pusat pembelajaran dalam rangka pencerdasan kehidupan generasi muda bangsa.
3) Keadaan gedung
Dengan banyaknya jumlah siswa
yang membeludak, keadaan gedung dewasa ini masih sangat kurang. Mereka
harus duduk berjejal-jejal di dalam kelas. Faktor ini tentu menghambat
lancarnya kondisi belajar siswa. Keadaan gedung yang tua dan tidak
direnovasi, serta kenyamanan dan kebersihan di dalam kelas yang masih
kurang. Hal itu, dapat menimbulkan ketidak nyamanan siswa dalam belajar.
Sehingga kegiatan belajar mengajar tidak dapat berjalan dengan baik.
4) Sarana Belajar
Sarana belajar di sekolah, juga
akan mempengaruhi kondisi belajar siswa. Perpustakaan yang tidak
lengkap, papan tulis yang sudah buram, laboratorium yang darurat atau
tidak lengkap, tempat praktikum yang tidak memenuhi syarat, tentu akan
mempengaruhi kualitas belajar, dan pada akhirnya akan mempengaruhi hasil
belajar siswa. Adakalanya juga, sarana yang sudah begitu lengkap tidak
disertai dengan sistem pelayanan yang ramah. Contohnya, pegawai
perpustakaan yang cenderung tidak ramah, dan tidak membantu,
peraturan-peraturan yang tidak memberikan layanan yang jelas terhadap
pemakai sarana, sikap arogan petugas menganggap bahwa pusat-pusat
layanan itu adalah miliknya karena ia mempunyai otoritas.
5) Waktu belajar
Karena keterbatasan gedung
sekolah, sedangkan jumlah siswa banyak, maka ada siswa yang harus
terpaksa sekolah di siang hingga sore hari. Waktu di mana anak-anak
harus beristirahat, tetapi harus masuk sekolah. Mereka mendengarkan
pelajaran sambil mengantuk. Berbeda dengan anak yang belajar di pagi
hari. Sebab, pikiran mereka masih segar, dan jasmani dalam kondisi baik.
Karena belajar di pagi hari, lebih efektif daripada belajar pada waktu
lainnya. Oleh karena itu alangkah baiknya kegiatan belajar di sekolah
dilaksanakan pada pagi hari.
6) Rumah
Kondisi rumah yang sempit dan
berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki
sarana umum untuk anak, akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke
tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan
perkampungan seperti ini jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan
belajar siswa.
7) Alam
Hal ini dapat berupa keadaan
cuaca yag tidak mendukung anak untuk melangsungkan proses belajar
mengajar. Kalaupun berlangsung, tentu kondisi belajar siswa akan kurang
optimal.
D. Cara Mendiagnosa Masalah Belajar dan Mengatasinya
Yang dimaksud dengan proses
mendiagnosis adalah proses pemeriksaan terhadap suatu gejala yang tidak
beres. Diagnosis masalah belajar dilakukan jika guru menandai atau
mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada muridnya.
Diagnosis masalah belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi adanya masalah belajar
Untuk mengidentifikasi masalah
belajar diperlukan seperangkat keterampilan khusus, sebab kemampuan
mengidentifikasi yang berdasarkan naluri belakang kurang efektif.
Gejala-gejala munculnya masalah belajar dapat diamati dalam berbagai
bentuk, biasanya muncul dalam bentuk perubahan perilaku yang menyimpang
atau dalam menurunnya hasil belajar. Perilaku yang menyimpang juga
muncul dalam berbagi bentuk seperti: suka mengganggu teman, merusak
alat-alat pembelajaran dan lain sebagainya.
2. Menelaah atau menetapkan status siswa
Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan cara:
1) Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan dari murid
2) Menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh murid dengan menggunakan teknik dan alat yang tepat.
3) Menetapkan pola pencapaian murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda dari tujuan yang ditetapkan itu.
3. Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar
Membuat perkiraan yang tepat
adalah suatu perbuatan yang kompleks yang keberhasilannya sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa prinsip yang harus diingat
dalam memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar:
1) Gejala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda
2) Sebab yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda
3) Berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan gejala masalah yang makin kompleks.
Analisis kasus
Seorang ibu datang kepada
seorang psikolog untuk berkonsultasi tentang apa yang dialami oleh
anaknya. Anak ibu tersebut yang berumur delapan tahun dan masih di kelas
1 SD karena tahun kemarin tidak naik kelas. Tahun ini, si ibu merasa
kuatir anaknya tidak naik kelas lagi karena nilainya pas-pasan. Padahal,
standar nilai sekarang kan tinggi. Pernah si ibu mendaftarkan anaknya
untuk mengikuti tes intelejensi dan hasil IQ-nya 85.
Ayahnya sangat keras dan
mengancam tidak akan menyekolahkan anaknya kalau sampai tidak naik kelas
lagi. Sepintas, si anak bisa komunikasi dengan baik dan tidak terlihat
bodoh. Namun, kalau materi terlalu banyak tidak bisa mengikuti. Si ibu
merasa kebingungan. Dan bertanya kepada psikolog : Apa yang harus ibu
lakukan ? Apa anak saya mengalami kelainan? Bagaimana solusi terbaik?
dari hasil IQ, putra ibu memang
termasuk di bawah rata-rata. Kemungkinannya, anak mengalami kelambatan
belajar. Namun, bukan karena dia tidak mau tetapi terbatas pada
kemampuannya. Misalnya ibu sudah menyuruhnya belajar dan anak sudah
melakukannya dengan waktu cukup lama dan berusaha maksimal.
Tetapi, sesampai di sekolah anak
lupa atau tidak bisa mengerjakan dengan baik. Salah satu sebabnya
karena kemampuan mengingat materi pelajaran dan kapasitas kemampuan anak
tidak berimbang. Kalau memang si kecil dirasa kesulitan mengikuti
pelajaran di sekolah umum, dan tahun ini anak tidak naik kelas, ibu
sepertinya harus mulai mencari sekolah alternatif.
Seperti memilih sekolah umum
yang berkelas kecil, sekolah khusus anak slow leaner, atau home
schooling. Sebelum memutuskan mana yang dipilih sebaiknya ibu mencari
informasi mengenai dua lembaga tersebut. Dengan demikian, ibu lebih
paham dan bisa memilih sekolah yang sesuai dengan keadaan keuangan,
kondisi anak, dan situasi yang memungkinkan.
Lebih baik, si ibu pikirkan
bersama suami agar keputusan yang diambil bisa jadi motivasi ibu dan
bapak dalam memaksimalkan potensi si kecil. Dan, tidak lagi menyudutkan
anak dengan segala keterbatasan yang dia miliki. Atau, menyalahkan ibu
yang dianggap kurang bisa mendidik dengan baik.
Apapun yang terjadi, ibu dan
bapak patut bersyukur, meskipun keadaan si kecil seperti saat ini namun
secara fisik dia sehat dan bisa berkomunikasi dengan baik. Anak-anak
dengan kelambatan belajar butuh ketekunan, kesabaran, dan keuletan dalam
memberikan materi pelajaran. Karena, penalaran anak kurang berkembang
tetapi dengan latihan terus-menerus, anak bisa mengejar
ketertinggalannya.
Tumbuhkan terus motivasinya dan
jangan pernah memberikan sansi fisik, hal tersebut hanya membuatnya
frustasi.Ibu bisa mencari bakat dan minat anak yang mungkin menurut kita
kurang berguna, tapi anak suka dan bisa melakukannya dengan enjoy.
KESIMPULAN
Kondisi diri siswa harus
dipertimbangkan dalam merancang materi pembelajaran, metode dan media
pembelajaran, serta pemilihan pendekatan belajar agar tidak menimbulkan
hambatan belajar, melainkan dapat mengembangkan potensi diri siswa.
Hasil yang diharapkan terbentuk pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Guru sebagai sumber pembelajar
memiliki kewajiban mencari, menemukan, dan diharapkan memecahkan
masalah-masalah belajar siswa. Dalam pencarian dan penemuan
masalah-masalah tersebut guru dapat melakukan langkah-langkah berupa (1)
Mengidentifikasi adanya masalah belajar (2) Menelaah/menetapkan status
siswa (3) Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar