PENGGUNAAN
MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN
1. Peran Pengajar, Dosen, dan Media
pembelajaran
Pekerjaan pengajar adalah pekerjaan professional, karena itu diperlukan
kemampuan dan kewenangan. Kemampuan dapat dilihat dari segi kesanggupan menjalankan
perannya sebagai pengajar, pengajar, pembimbing, administrator dan sebagai
transfer ilmu pengetahuan.
Setiap pengajar dalam menjalankan tugasnya, setidak-tidaknya akan berhadapan
dengan lima tantangan, yaitu : [1] Apakah pengajar memiliki pengetahuan,
pemahaman dan pengertian yang cukup tentang media pembelajaran? [2] Apakah
pengajar memiliki keterampilan cara menggunakan media tersebut dalam proses
pembelajaran di kelas? [3] Apakah pengajar mampu membuat sediri alat-alat media
pendidikan yang dibutuhkan? [4] Apakah pengajar melakukan penilaian terhadap
media yang akan atau yang telah digunakan? [5] Apakah pengajar memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam bidang administrasi media pembelajaran?
Media pembelajaran sebagai pembawa atau menyalurkan pesan, pada mulanya
pengajar hanya menganggap “media sebagai alat bantu mengajar pengajar [teaching
aids]. Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, yaitu gambar, model,
objek dan lain-lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar
serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar pembelajar. Dengan masuknya
pengaruh teknologi audio sekitar abad ke-20, berupa alat visual yang digunakan
dan dilengkapi dengan alat audio yang kemudian dikenal adanya alat audio visual
atau audio visual aids [AVA], yang mempengaruhi penggunaan alat-alat dalam
proses pembelajaran. Maka dari sini, muncul bermacam peralatan yang digunakan
pengajar untuk menyampaikan pesan ajaran kepada pembelajar melalui alat-alat
yang mengutamakan “penglihatan” [visual] dan “pendengaran” [audio] untuk
menghindari verbalisme yang masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat
bantu visual semata. Maka, pada akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai
mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual, sehingga selain sebagai alat
bantu media juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi belajar .
Pada tahun 1960 - 1965, teori tingkah laku [behaviorism theory] ajaran B.F.
Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Teori
ini, mendorong orang untuk lebih memperhatikan pembelajar dalam proses
pembelajaran, karena menurut teori ini, mendidik adalah mengubah tingkah laku
pembelajar. Perubahan tingkah laku ini harus tertanam pada diri pembelajar
sehingga menjadi adat kebiasaan. Maka, setiap ada perubahan tingkah laku
positif ke arah tujuan yang dikehendaki, harus diberi penguatan
[reinforcement], berupa pemberitahuan bahwa tingkah laku tersebut telah betul.
Pada tahun 1965-1970, pendekatan sistem [system approach] mulai menampakkan
pengaruhnya. Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya “media” sebagai
bagian integral dalam program pembelajaran. Program pembelajaran direncanakan
berdasarkan kebutuhan dan karakteristik pembelajar serta diarahkan kepada
perubahan tingkah laku pembelajar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Maka,
pengajar-pengajar mulai merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan tingkah laku
pembelajar. Dari sini maka lahirlah konsep penggunaan “multi media” dalam
kegiatan pembelajaran. Uraian di atas, memberikan gambaran bahwa sudah
selayaknya pengajar tidak lagi memandang hanya media sebagai alat bantu belaka
untuk mengajar, tetapi lebih sebagai alat penyalur pesan dari pemberi pesan
[pengajar] ke penerima pesan [pembelajar]. Maka sebagai pembawa pesan, media
tidak hanya digunakan oleh pengajar tetapi yang lebih penting lagi dapat pula
digunakan oleh pembelajar. Oleh karena itu, sebagai penyaji dan penyalur pesan
dalam hal-hal tertentu media dapat mewakili pengajar menyampaikan informasi
secara lebih teliti, jelas dan menarik. Maka, fungsi media tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik, walau tanpa kehadiran pengajar secara fisik dalam
proses pembelajaran di kelas.
Dengan peranan media yang semakin meningkat ini seringkali menimbulkan
kekhawatiran di pihak pengajar. Artinya, pengajar dan mungkin juga dosen, takut
apabila fungsinya akan digeser oleh media pendidikan atau media pembelajaran.
Namun kekhawatiran-kekhawatiran semacam itu sebenarnya tak perlu ada kalau kita
ingat dan paham betul tugas dan peranan pengajar yang sebenarnya. Karena, tugas
dan peranan pengajar selain mengajar juga memberikan perhatian dan bimbingan
secara individual kepada pembelajarnya adalah tugas penting yang tidak dapat
digantikan dan mungkin selama ini belum dilaksanakan sepenuhnya. Dengan
demikian, pengajar, dosen dan media pembelajaran hendaknya bahu membahu dalam
memberi kemudahan belajar bagi pembelajar. Maka, perhatian dan bimbingan secara
individual dapat dilaksanakan oleh pengajar dengan baik sementara informasi
dapat pula disajikan secara jelas, menarik, teliti, efisien dan efektif oleh
media pembelajaran .